Tekhnik
pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/
peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit
dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang
biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak
digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat
dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji
widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah
endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur
kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan antigen local,
terdapat korelasi yang bermakna antara antigen local dengan antigen S.typhi O
dan H import, sehingga bisa dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di
laboratorium yang tidak dapat memproduksi antigen sendiri untuk membantu
menegakkan diagnosis demam typhoid.
Beberapa factor yang dapat mempengaruhi uji Widal dapat dijelaskan sebagai
berikut, antara lain :
- Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
- Saat pengambilan specimen : berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk. kenaikan titer antibodi ke level diagnostic pada uji Widal umumnya paling baik pada minggu kedua atau ketiga, yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%.
- Pengobatan dini dengan antibiotika ; pemberian antibiotika sebelumnya dapat menghambat pembentukan antibodi.
- Vaksinasi terhadap salmonella bisa memberikan reaksi positif palsu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa setelah divaksinasi titer agglutinin O dan H meningkat dan menetap selama beberapa waktu. Jalan keluarnya adalah dengan melakukan pemeriksaan ulang tes Widal seminggu kemudian. Infeksi akan menunjukkan peningkatan titer, sementara pasien yang divaksinasi tidak akan menunjukkan peningkatan titer.
- Obat-obatan immunosupresif dapat menghambat pembentukan antibodi.
- Reaksi anamnesa. Pada individu yang terkena infeksi typhoid di masa lalu, kadang-kadang terjadi peningkatan antibodi salmonella saat ia menderita infeksi yang bukan typhoid, sehingga diperlukan pemeriksaan Widal ulang seminggu kemudian.
- Reaksi silang ; Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).
- Penyakit-penyakit tertentu seperti malaria, tetanus, sirosis dapat menyebabkan positif palsu.
- Konsentrasi suspense antigen dan strain salmonella yang digunakan akan mempengaruhi hasil uji widal.
Salah satu
kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana penunjang
diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk
menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi
kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai
dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang
luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada
daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup
pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
0 komentar:
Posting Komentar